Friday, July 11, 2014

Tradisi Bubur Kanji Pada Bulan Ramadhan Di Aceh


Oleh : Faurizal Moechtar
Sebulan menjelang masuknya bulan ramadhan di Aceh, Geusyik Gampong bersama masyarakat mengadakan musyarawah untuk menentukan  siapa petugas masak bubur kanji pada bulan ramadhan kali ini, pada kesempatan itu juga warga bermusyawarah menentukan bubur kanji milik siapa pada hari pertama, kedua dan sampai hari yang terakhir.

Di Gampong-gampong tertentu sulit mendapatkan kuota ‘mensedekahkan’ bubur kanji, karena hampir semua warga berkeinginan beramal melalui kenduri kanji pada bulan ramadhan,  jumlah kepala keluarga dalam satu gampong sangat banyak, sementara kuota masak bubur kanji yang ada hanya 30 hari, untuk mengantisipasi keterbatasan kuota agar merata, warga gampong kadang kala terpaksa  membagi satu kuota berdua bahkan sampai bertiga dengan cara meuripee.

Bagi perantau bila berkeinganan mensedekahkan bubur Kanji pada bulan yang penuh berkah, rahmat dan pengampunan tersebut diperbolehkan, dengan cara memesan terlebih dahulu melalui Geusyik atau keluarga yang tinggal di gampong untuk mendaftarkan namanyan agar mendapatkan kuota kanji sebelum musyawarah digelar.

Bubur Kanji dimasak dalam sebuah kuali besar (beulangong Beuso) yang ukurannya bisa menampung kanji yang dapat dibagi kepada 100 sampai 150 kepala keluarga, biasanya setiap keluarga mendapat jatah satu sampai dua liter per kepala keluarga tergantung kebutuhan.

Woet (memasak) kanji biasanya dimulai pukul 10.00 .WIB sampai pukul 16.00. WIB setiap harinya pada bulan Ramadhan, sudah membudaya dapur kanji sering kelihatan ramai, secara suka rela warga sambil menunggu shalat ashar berjamaah menemani dan bahkan ada membantu petugas masak kanji. Bubur kanji setelah masak dapat bertahan (tidak basi)  4 sampai 8 jam.

Bagi warga yang kebetulan sedang berada diperantauan, Banda Aceh misalnya, kadang kala meminta keluarga yang berada di Gampong untuk mengirim kanji melalui orang-orang yang kebetulan mau berangkat ke Banda Aceh atau melalui jasa pengangkutan.

Pada era tahun 80an, Kami para aneuk miet (anak-anak) saat itu, sebelum menampung kanji dalam pacok Trieng (Penampung kanji dari bambu) berkewajiban mengambil air dalam Lueng (sungai Kecil)  untuk  mengisi air kedalam drum besar yang telah disediakan oleh petugas masak kanji. Air itu dipergunakan untuk membersihkan peralatan masak setelah kanji dibagikan kepada warga.

“Kanji ka geuboh, ujeun ka itoh, Apa tahee ka Geuwo” begitu kira-kira lantunan sorak-sorai yang kami yel-yelkan pada waktu kecil setelah petugas masak kanji mengumumkan “kanji sudah masak”, penulis tidak begitu paham apa maknanya lantuan tersebut, yang jelas penulis pernah menyanyikan bait-bait itu dengan penuh semangat sambil menimba air dalam Lueng (sungai Kecil) secara bersama-sama untuk kebutuhan membersihkan peralatan masak kanji setiap sorenya. 

Belum Sempurna Puasa
Suatu hari Dek Min Kecil pergi ke Menasah untuk mengambil kanji, ternyata kanji sudah habis, petugas masakpun sudah tidak ada, dengan berlinang air mata Dek Min pulang ke rumahnya, lalu Dek Min bilang sama Neneknya “ Nek…Hana jadeeh puasa uroenyo” (“Nek Tidak Jadi puasa hari ini”) , “kenapa….?” Tanya neneknya. “Di meunasah hana geutagun kanji uroenyo” (hari ini tidak ada kanji di Menasah) jawab Dek Min dengan lugu. Sambil menjelaskan bahwa Kanjinya sudah habis karena cucu kesayangannya terlambat bangun siang, Sang Nenek tersenyum  dengan sedikit menggelitik.

Dari kisah diatas yang ingin penulis sampaikan adalah “Rasanya tidak sempurna puasa bila pada bulan ramadhan bila tidak ada kanji di meunasah ”. Pertanyaannya adalah kenapa perasaan semacam ini muncul..?, Padahal sebagai orang muslim kita tahu persis syarat sahnya puasa dan kesempurnaan puasa tidak ada kaitanya dengan kanji sama sekali.

Setelah penulis ‘sadar’  bahwa masak kanji pada bulan Ramdhan hanya sebuah tradisi, penulis mencoba cari tahu “Apa yang membuat orang Aceh mentradisikan kanji pada Bulan ramadhan..? ”. terkait dengan hal itu, disini penulis melihat ada dua alasan yang paling mendasar, yang pertama berkaitan dengan pahala, dan yang kedua dengan kesehatan.
Pahala
Sebagaimana kita ketehui bersama bahwa, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa dan menyelamatkan dari api neraka bagi orang- orang yang telah memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa pada bulan ramadhan walaupun hanya dengan seteguk air. Bahkan Allah SWT. Juga akan memberikan pahala yang besar dan berlipat ganda kepada orang yang telah memberikan makanan berbuka puasa pada bulan ramdhan dengan tidak mengurangi pahala orang yang menerima makanan berbuka puasa tersebut sedikitpun.

Dalam literatur yang penulis baca, tidak ada satu riwayatpun yang menganjurkan bagi umat islam untuk mememasak kanji pada setiap bulan puasa. Hanya saja Rasullullah selain mengajak berpuasa pada bulan ramadhan juga mengajak  kita untuk dapat memberikan makan atau minum kepada orang-orang berbuka dengan ganjaran pengampunan dosa dan mendapatkan pahala yang besar dan berlipat ganda.

Melalui tradisi Woet Kanji/ Kenduri Kanji secara bergiliran bagi orang-orang yang mendapat kuota pada bulan ramadhan, sadar atau tidak orang-orang tersebut telah memberikan makanan lebih dari pada seteguk air  kepada orang-orang sekampung. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak pahala yang didapatkan, dan berapa banyak dosa-dosa yang telah dihapus oleh Allah SWT.

Kesehatan
Bubur kanji terbuat dari rempah-rempah seperti kacang hijau, kayu manis, cengkeh, kapulaga, bawang merah, bawang putih, beras, daun seledri, kentang, jahe, daun pandan, kelapa dan udang atau daging ayam untuk kanji rumbi. Karenanya dipastikan Bubur kanji mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Menurut sejumlah referensi yang penulis dapatkan dari situs-situs kesehatan, Setiap unsur gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-masing  gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme. Namun unsur gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.

Unsur-unsur gizi tersebut disamping berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh manusia, juga berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh, dan gizi juga berfungsi sebagai pengatur /regulasi di dalam tubuh. Oleh karena itu, walaupun belum pernah dibuktikan secara ilmiah, bubur kanji diyakini dapat menyehatkan badan, mengembalikan kekuatan setelah menahan makan dan minum sepanjang hari.

Faurizal Moechtar (Penikmat Bubur Kanji, Warga Samalanga berdomisili di Banda Aceh)

No comments:

Post a Comment