Oleh
: Faurizal Moechtar
“Ka lon troen - Peutroen Beu Abeeh, ka lon troen - Peutroen Beu Abeeh, ka
lon troen - Peutroen Beu Abeeh, ka lonjak - Peutak Beu Jioh, ka lonjak - Peutak
Beu Jioh, ka lonjak - Peutak Beu Jioh”(Saya
turun - turunkan semua, saya turun - turunkan semua, saya turun-turunkan semua,
saya pergi - pergi yang jauh, saya pergi
- pergi yang jauh, saya pergi - pergi
yang jauh) begitulah mantra
ritual pengobatan tipu musilihat Mugee
Keubee (Toke Kerbau) ketika mengibuli korbannya.
Kejadian ini merupakan kisah nyata, dikisahkan…sekitar tahun 50-an, di Simpang Mamplam Samalanga, sebut saja di Gampong Meunasah Dayah, didatangi oleh tiga Orang Musafir yang mengaku Mugee Keubeu (Toke Kerbau) dari Nanggroe Barat.
Kejadian ini merupakan kisah nyata, dikisahkan…sekitar tahun 50-an, di Simpang Mamplam Samalanga, sebut saja di Gampong Meunasah Dayah, didatangi oleh tiga Orang Musafir yang mengaku Mugee Keubeu (Toke Kerbau) dari Nanggroe Barat.
Sore itu…Seperti biasanya, setelah melepaskan penat
sehabis pulang dari sawah warga Gampong Meunasah Dayah Simpang Mamplam bergegas
menuju meunasah untuk menunaikan Shalat
megrib secara berjamaah, tiba-tiba di meunasah sudah ada tiga orang tamu yang
mengaku baru saja tiba dari medan, “Kami
Toke Kerbau baru saja tiba dari medan, ingin pulang ke Nanggroe Barat, namun
karena hari sudah sore kami sangat
berharap Tgk. Imum mengizinkan kami
istirahat disini, Insya Allah besok pagi kami akan melajutkan perjalanan
kembali” Mohon Apasuh, salah seorang dari Mugee Keubeu itu kepada Tgk. Imum Hajat yang baru saja sampai ke meunasah. Tgk. Imum Hajat
mengizinkan ketiga Mugee Keubeu itu
menginap di kampungnya, bahkan Tgk. Imum Hajat menjamu makan malam dirumahnya.
Setelah makan malam (Khanduri) Tgk. Imum Hajat kembali
bergegas ke menasah untuk menunaikan shalat Isya, sekalian mempersiapkan tempat
istirahat untuk ketiga Mugee Keubeu itu di menasah, Tgk. Imum Hajat Sangat
memuliakan tamu-tamu nyan ini.
Kemudian Tgk. Imum Hajat pamit pulang, karena sebentar lagi bersama sejumlah tokoh
masyaraat ingin menjenguk orang yang sakit di dusun seberang. “Maaf kami tidak dapat menamani
teungku-teungku disi, kami pulang dulu, karena sebentar lagi kami ingin
menjenguk warga kampung yang sakit, sayang…sakitnya sangat para dan sudah
menahun”, Tgk. Imum Hajat menceritrakan kisah Nyak Aneh yang didera sakit sekalian
pamit kepada ke tiga Mugee Keubeu
itu.
Lalu diantara mugee Keubeu itu yang bernama Apasuh menyambung
“Pak Imam…, kalau boleh…izinkan kami ikut
untuk menjenguk orang sakit tersebut, siapa tahu kami bisa mengobatinya”, Tanpa
curiga dengan senang hati Tgk. Imum Hajat menyambut baik permintaan Tamunya tersebut.
Sesampai ke rumah Orang sakit tersebut, Ayah Nyak Aneh
mempersilakan Tgk. Imum Hajat untuk membacakan ayat-ayat Allah agar Nyak Aneh yang
sakit tersebut di berikan kesembuhan, doa demi doa dibacakan oleh Tgk. Imum Hajat,
Nyak Aneh sekali-kali menghentikan
rintihan kesakitan, Tgk. Imum Hajat yang diaminkan oleh warga terus meminta
pertolongan Allah SWT, bersamaan dengan itu malam pun terus larut, Tgk. Imum Hajat
dan rombongan meminta izin untuk pulang, “Kami
pamitan dulu teungku .., besok malam Insya’Allah akan kita Rajah lagi” Tgk.
Imum Hajat pamitan kepada Ayah Nyak Aneh.
Sebelum pulang, Apasuh mencoba mengeluarkan jurus kibulnya
“Teungku-teungku, Ummi-ummi, kami bertiga
adalah Musaffir yang baru saja tiba dari medan, kami berasal dari Nanggroe
Barat, Insya’Allah kami mampu mengobati Orang sakit ini, oleh karena itu
izinkan kami mengobatinya”. Pinta Apasuh
Pimpinan Mugee Keubeu itu.
Dengan rasa senang hati keluraga Nyak Aneh menyambut baik
keinginan Mugee Keubeu tersebut “Alhamdulillah..dengan senang hati, dan berharap teungku-teungku dapat membantu
anak kami yang sedang didera sakit menahun ini”. Sambut Ayah Nyak Aneh dengan Ikhlas.
“Insya’Allah…kami dapat membantu menyembuhkan orang sakit ini, di kampung
kami sakit seperti ini sudah biasa, Nyak Aneh ini saket meurampet nama” Sambung Apasuh lagi. Lebih lanjut Apasuh mengatakan “Tidak cara lain..untuk mengobati sakit
seperti ini, kita harus menyediakan siaree meuh (satu bambu emas) dan kita
letakkan di tampong (Atap) rumah ini, tidak perlu takut, emas itu tidak akan
hilang, hanya sebagai syarat, hanya itu cara mengobatinya, Insya’Allah sesudah
itu Nyak Aneh akan segera sembuh, Apa bila syarat itu sanggup dicari atau
pinjam sama orang lain selama beberapa hari untuk syarat pengobatan berarti
kami bertiga akan menunda keberangkatan pulang ke kampung kami besok pagi, kami
akan bantu mengobati Nyak Aneh tanpa harus dibayar, Insya’Allah”. Apasuh
Merayu.
Mendengar permintaan syarat itu, pihak keluarga pasrah
tidak mampu menyanggupi, namun karena permintaan tersebut didengar oleh pemuka
masyarakat, Peutua Akop mengatakan “Kalau
begitu izinkan kami bermusyawarah dulu, siapa tahu secara bersama kami dapat
mengupulkan emas tersebut”, sejenak bersama keluarga dan tokoh masyarakat Gampong
Meunasa Dayah yang kebetulan sudah berada di rumah tersebut bermusyawarah dan
sepakat mencari emas pinjaman kepada orang-orang kaya di kampung tetangga.
Dengan bermodalkan kebersamaan dan kepercayaan, Al-hasil…Siaree Meuh (satu bambu emas) mampu
dikumpulkan oleh keluarga dan masyarakat dalam beberapa hari. Kemudian emas
tersebut diserahkan kepada Mugee Keubeu
untuk ditempatkan di tampong (Atap)
rumah Nyak Aneh yang sakit itu.
“Teungku-teungku dan Ummi-ummi
sekalian… besok hari jum’at, seluruh warga kampong diharapkan dapat
berkumpul di perkarangan rumah ini untuk sama-sama mendoakan semoga Nyak Aneh dapat
disembuhkan”. Ajak Mugee Keubeu kepada masyarakat Gampong Meunasah
Dayah.
Besok paginya…seluruh warga kampung sudah berkumpul di
perkarangan rumah Nyak Aneh, lalu Mugee
Keubeu tersebut berharap “Saudara-saudara
saya…yang saya muliakan…mari kita berdoa bersama-sama untuk kesembuhan Nyak Aneh,
ketika saya katakan ‘ka lon troen’ secara serentak ramai-ramai warga Gampong
ini harus menjawab ‘Peutroen beu abeeh’ dan ketika saya berteriak ‘Ka lon jak’
warga Gampong wajib menjawab ‘peutak beujioh’”. Pinta Apasuh, sambil
mengarahkan.
Setelah Mugee Keubeue
memberikan pengarahan, masyarakatpun sudah memahami perannya dalam proses
pengobatan tersebut, lalu tahapan ritual pengobatanpun dilakukan. Setelah
membaca beberapa kali ayat-ayat Al-Quran secara bersama-sama, Apasuh Naik ke Tampong (Atap) Rumah Nyak Aneh dengan
mulut komat-kamit, lalu sambil membawa turun tafsi berisi satu bambu emas ia
mengatakan “ka lon troen” dengan
suara keras berkali-kali sampai ke tanah “Ka
lon troen…ka lon troen…ka lon troen…” dan masyarakat secara serentakpun
menjawab “Peutron beu Abeh… Peutron beu
Abeh… Peutron beu Abeh…”. Setelah sampai ke tanah lalu mugee Keubeu
mengatakan “Ka lon jak….ka lon jak… ka
lon jak” masyarakat secara bersama-sama menjawab “Peutak beujioh…Peutak beujioh… Peutak beujioh” hingga suara
pekikan ka lonjak tidak terdengar
lagi.
Sampai menjelang Shalat jum’at, masyarakat Meunasah Dayah
masih bertahan di rumah Nyak Aneh…berharap-harap Nyak Aneh segera sembuh, namun
tidak kelihatan tanda-tanda kesembuh…bahkan Nyak Aneh terus merintih kesakit “Aduh…aduh…ya Allah…ya..Allah, ampuni dausa
saya…sembukan saya…aduh…heu…heu……” Rintihan Nyak Aneh sambil
menyebut-nyebut nama Allah.
Sementara itu klompotan Dukun Palsu yang mengaku Mugee Keubeu bersama satu bambu emas
hilang ditelan semak belukar, lalu warga berupaya mencarinya sampai memasuki
waktu jumat, pencarianpun sia-sia, Mugee Keubeu tidak ditemukan.
Sungguh sangat malang Nasib Nyak Aneh dan keluarganya,
tubuh masih didera sakit, beban utangpun bertambah, untuk membantu beban hutang
Nyak Aneh Masyarakat Gampong Meunasah Dayah terpaksa
bergotongroyong ‘Meuripee’ untuk
membayar utang pimjamam emas kepada orang-orang kaya di kampung tetangga.
Bersamaan dengan lunasnya hutang emas, Nyak Aneh
menghadap Ilahi, semoga Nyak Aneh ditempatkan pada tempat yang mulia disisi
Allah SWT. Amin.
Semoga cerita Pendek ini menjadi iktibar kepada kita
untuk tidak mudah mempercayai orang asing yang menawarkan jasa. Sementara Tgk.
Imum Hajat yang selama ini banyak membantu mendoakan untuk kesembuhan warga
kita tinggalkan bergitu saja.
Ingat…Mugee Keubeu
tetap Mugee keubeu, Penipu tetap penipu walau sekali waktu menjelama sebagai
Sang Penyelamat, Penjelmaan itu bukan aslinya, karena sesungguhnya keaslian itu
adalah apa yang tampak sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment