Wednesday, July 18, 2012

Organisasi Buruh Bukan Beban, Tapi Kesejahteraan

Oleh : Faurizal Moechtar
Hari buruh Internasional atau yang lebih dikenal Mayday 2 may 2012 telah diperingati dengan sukses dan khidmad, ada yang meringati dengan aksi, ada yang memperingati dengan upacara, ada yang memperingati dengan bakti sosial dan bahkan ada yang menggelar doa bersama.

Sebelumnya, ada kekuatiran yang besar di kalangan Pengusaha dan Penguasa menjelang hari buruh inetrnasional tersebut, kekuatiran ini bukan tidak beralasan, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya aksi-aksi buruh sangat membuat pengusaha dan Penguasa tidak nyaman. Mogok kerja misalnya, Keadilan dan kesejahteraan buruh yang tak henti-hentinya menjadi tuntututan tanggungjawab pemerintah, dan Alhamdulillah kekuatiran yang berlebihan itu tidak terjadi kemarin.

Kekuatiran pemerintah adanya potensi kerawanan yang dimbulkan peringatan hari buruh internasinal itu dibuktikan dengan digelarnya rapat khusus tertutup oleh Presiden RI bersama menteri-menterinya di Istana Bogor beberapa hari lalu. Juru Bicara Presiden Bidang Dalam Negeri, Julian Aldrin Pasha kepada media mengatakan, presiden ingin agar peringatan Hari Buruh berlangsung secara damai dan tertib”.


Kaum buruh telah membuktikan kekuatannyan, melalui aksi-aksi klosal yang di gelar oleh sejumlah organisi-organisai buruh , dengan pengerahan massa yang besar namun tidak terjadi anarkismen, terencana, aman dan tertib dibandingkan dengan jumlah massa yang ikut dalam aksi tersebut. .

Kehadiran organisasi buruh menjadi momok tersendiri bagi Pengusaha dan Penguasa, dia bisa anarkis bila direspon dengan kekerasan, dia bisa menjadi mitra bila direspon dengan kelembutan.

Pada kesempatan ini penulis ingin berbagi tentang proses kelahiran sebuah organisasi buruh di Aceh, organisasi itu adalah Asosiasi Tukang Bangunan yang disingkat dengan ATB.

Asosiasi Tukang Bangunan (ATB) adalah lembaga yang berfungsi sebagai sarana komonikasi Tukang banguna yang terdiri dari Tukang kayu, Tukang batu. Tukang Besi dan tukan listrik yang lahir disaat Darurat Militer di berlakukan Di Aceh.

Ketika itu berwal dari diskusi-diskusi kecil dilanjutkan dengan pertemuan beberapa Tukang kayu di UD. Putra Birsa Furniture Desa Ilie Ulee Kareng Banda Aceh. Dari pertemuan singkat tersebut diyakini bahwa begitu pentingnya mewujudkan satu lembaga sebagai sarana Komonikasi para tukang Kayu dalam upaya peningkatan kesejahteraan para Tukang.

Berbagai macam kendala muncul, termasuk diantaranya para pemrakarsa dipanggil oleh Polisi Indonesia Sektor Ulee Kareng Banda Aceh dengan tuduhan membuat Rapat Gelap. Dengan semangat dan keberanian pemrakarsa tetap melajutkan keinginannya untuk mengelar Musyawarah Besar Tukang Kayu,

Bukan hanya itu, para pemrakarsa dan panitia pelaksana diteror oleh orang-orang tak bertanggungjawab, orang-orang yang tidak menginginkan kelahiran organisasi tersebut, tidak jelas alasannya apa, terakhir tercium bahwa organisasi tukang kayu yang ingin dilahirkan dicurigai sebagai lembaga kamuplase para pengusaha kayu untuk melegalkan Pembabatan hutan Aceh. Sungguh kecurigaan yang berlebihan.

Semangat untuk melawan ketidakadilan ini-pun membara, “Orang lain boleh, kenapa kita tidak, berorganisasi di jamin undang-undang” keluh salah seorang tukang kayu yang kemudian menjadi pegangan pseserta pertemuan Persiapan Kongres Tukang bangunan itu, “Cok seumantok tarah keutameeh baci cumeeh beuso meunila, Seumantok kreuh baci cumeeh kon halangan, Musyawarah tukang bangunan sigera ta pungka”. Seorang Pemrakarsa ikut membakar semangat Para Tukang kayu tersebut.

Sebagai strategi setelah diganti dari rencana pengadaan MUBES (Musywarah Besar) Tukang Kayu dengan nama Kongres Tukang Bangunan Izin pun keluar. Kemudian pada tanggal 1 Maret 2004 Kongres Tukang Bangunan Pertama Resmi dibuka Oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam di Aula Pertemuan LPTP lampineung Banda Aceh dengan Agenda Pengesahan Rancangan AD/ART, Menentukan Program Kerja dan Memilih Ketua Umum ATB yang pertama.

Terakhir yang ingin penulis sampaikan adalah Kehadirin organisasi buruh tidak perlu ditakuti karena organsasi buruh tidak pernah bercita-cita dilahirkan untuk menjadi beban, tetpi organisasi buruh dilahirkan untuk keadilan dan kesejahteraan, kesejahteraan semua pihak, kesejahteran pengusaha dan termasuk kesejahteran penguasa.

Penulis adalah : Mantan Ketua Umum DPP-ATB Periode 2003-2005.

No comments:

Post a Comment